Flowers
Astrid adalah seorang gadis penderita Aphasia. Ia di kirim oleh keluarganya untuk merawat seorang pemuda yang sakit jiwa sebagai hutangnya kepada kluarga cowok itu. Ketika bertemu pertama kali dengan Andes, ia melihat sesosok laki laki yang masih gagah dan sehat. Namun Andes kelihatan pendiam dan murung. Siapa sangka Andes adalah orang yang sakit jiwa. Ia kadang kadang mengamuk dan menyendiri sendirian.
Tenggelam oleh kesendirian dan kesepian yang mendalam. Rasa bersalah yang tak kunjung hilang. Astrid di suruh untuk merawat Andes dengan bayaran uang dan tinggal di rumah yang mewah. Namun di sana tak ada yang tinggal kecuali Astrid dan Andes. Astrid hobi menanam bunga. Setiap hari ia merawat taman yang berantakan di rumah itu dan merawat Andes. Andes adalah sosok yang pendiam, pucat dan tak banyak bicara. Ketika malam hari bisa saja ia tiba tiba menjerit histeris atau berdiam di kegelapan. Astrid mencoba merawatnya dengan baik walau kadang Andes membuatnya sakit hati. Terkadang ketika sedikit “waras” Andes duduk diam di teras belakang rumah untuk melihat Astrid merawat bunga. Diam dan diam. Lama lama Andes pun mulai terbiasa dengan Astrid begitu juga sebaliknya. Astrid yang penasaran dengan masalah apa yang membuat Andes jadi seperti itu belakangan mengetahui permasalahannya. Andes di aniaya dengan sadis oleh ibunya. Cacian dan makian menimpanya karena ia dituduh telah menyebabkan kecelakaan adik yang paling di sayanginya. Sempat ia kehilangan ingatan dan kemudian di asingkan setelah di caci dan jiwanya di obrak abrik oleh keluarganya. Itulah yang membuat Andes jadi stress dan kemudian gila. Astrid tak bisa berbuat banyak. Ia tak tau apa yang harus ia katakan, karena ia sendiri menderita aphasia. Namun ia mulai merasa aneh dengan Andes. Ia sadar bahwa semakin dalam ia mengetahui sosok Andes, ia makin menyukainya. Dan meski kehilangan akalnya, Andes masih sadar bahwa ada orang yang merawatnya. Ia tau Astrid memperhatikannya walau ia Cuma pelayangnya. Pernah saat mengamuk, Andes memeluk erat Astrid karena ketakutan dan mengira Astrid adalah adiknya yang telah meninggal. Faktanya adalah, mereka berdua saling jatuh cinta walau dalam keadaan yang sedikit berbeda. Andes masih punya perasaan. Itulah satu satunya yang ia miliki, tak apapun. Astrid tau ia tak bisa mengungkapkan perasaannya. Lama kelamaan Astrid mulai merasakan keanehan pada tubuhnya. Ia tau ia memang tak bisa di sembuhkan untuk selamanya. Namun ia berharap, walau bukan dirinya, Andeslah yang bisa sembuh dari kegelapan hatinya. Kegelapan yang menggerogotinya sejak lama.
Malam itu sunyi. Astrid terbangun karena ingin ke kamar kecil. Setelah selesai, ia mendengar suara tangisan. Andes menagis dalam sunyi di dalam kamarnya. Ketika ia hendak membuka kamarnya, Astrid berhenti. Ia tak tau apa yang harus ia katakan. Sedang bicara lancar saja ia sudah lumayan susah. Mendengar tangis pilu dan kesunyian itu, di balik pintu Astrid pun menangis. Ia tau, seperti apapun mereka berdua, dalam keadaan apapun mereka tak akan pernah bersatu. Malam berikutnya Astrid kembali terbangun. Ia mendengar tangisan pilu lagi di kamar Andes. Kini ia menghampiri Andes. Ia memeluknya untuk menenangkannya dan berkata,” tenanglah, semua telah berakhir. Tak ada lagi hal yang akan membuatmu susah”. Mendengar itu Andes berhenti menagis dan memandang Astrid. Ia tersenyum. Senyum yang mengejutkan Astrid. Untuk pertamakalinya ia melihat Andes tersenyum. Itu sudah cukup membuatnya begitu bahagia. Tiba tiba ia mendengar suara aneh dari ruang tamu depan. Pintu kaca teras belakang terbuka lebar. Memperlihatkan taman bunga yang luas dan berwarna warni. Astrid curiga. Betapa terkejutnya ia saat melihat dua orang tak di kenal mengacak acak ruangan itu. Saat ia hendak berteriak, tapi ia tiba tiba di sekap. Setelah kedua perampok itu mengangkut barang, ia menghampiri Astrid karena terlanjur melihat wajahnya. Andes memanggil manggil Astrid. Tiba tiba saja dia di tusuk oleh salah seorang perampok itu. Perampok itu kemudian terbirit birit pergi. Astrid memegangi perutnya yang tertusuk. Ia ingin berteriak namun tak bisa. Namun dengan seluruh tenaganya ia berjuang untuk menemui Andes. Ia mencari Andes. Andes duduk diam di teras belakang. Memandangi bunga bunga yang di tanam Astrid. Di tengah cahaya bulan dan kegelapan. Astrid memeluknya, walau dengan sakit yang amat sangat. Andes kemudian bernyanyi lagu tentang bunga. Astrid berbisik kepadanya, “kau sudah sembuh kan?” dan kemudian ia melepas Andes. Tenaganya sudah tak ada, ia pun meninggal. Andes masih duduk menyanyikan lagu tentang bunga di tengah cahaya bulan dan hamparan bunga yang mekar pada malam hari. Ia kemudian berpaling dan menatap wajah Astrid yang tertidur di kegelapan. Ia beranjak menuju hamparan bunga yang indah itu. Berbaring di atasnya, memandang sekelilingnya yang di penuhi bunga dan cahaya bulan yang lembut. Perlahan ia memejamkan matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar